Makalah Teknologi Pangan (BTP) - web personal
Headlines News :
Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Makalah Teknologi Pangan (BTP)

Makalah Teknologi Pangan (BTP)

Written By Unknown on Jumat, 19 April 2013 | 10.13


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

               Makanan adalah segala sesuatu yang kita makan atau minum untuk menunjang proses kehidupan dan pertumbuhan dalam kondisi yang normal(Hughes, 1987) Oleh karena itu, makanan yang optimal akan berkontribusi optimal pula bagi kesehatan.
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Pemakaian BTP merupakan salah satu langkah teknologi yang diterapkan oleh industri pangan berbagai skala. Sebagaimana langkah teknologi lain, maka risiko-risiko kesalahan dan penyalahgunaan tidak dapat dikesampingkan. BTP pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah diteliti dan diuji lama sesuai dengan kaidah kaidah ilmiah yang ada. Pemerintah telah mengeluarkan aturan-aturan pemakaian BTP secara optimal.
               Pemakaian bahan tambahan pangan yang aman merupakan pertimbangan yang penting. Jumlah bahan tambahan pangan yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan minimum dari pengaruh yang dikehendaki.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat. Kenyataannya masih banyak produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek dari bahan tambahan beracun tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara perlahan dan pasti dapat menyebabkan sakit.
Secara khusus tujuan penggunaan BTP di dalam pangan adalah untuk: 1) Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan; 2) Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut, 3) Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera, 4) Meningkatkan kualitas pangan dan 5) menghemat biaya. Produsen produk pangan menambahkan BTP dengan berbagai tujuan, misalnya membantu proses pengolahan, memperpanjang masa simpan, memperbaiki penampilan dan  cita rasa, serta pengaturan keseimbangan gizi.

1.2    TUJUAN
·         Untuk mengetahui pengertian dan fungsi BTP
·         Untuk mengetahui tujuan penambahan BTP
·         Untuk mengetahui jenis dan cara penambahan BTP
·         Untuk mengetahui dosis pemakaian BTP yang diizinkan oleh WHO, KEMENKES dan lain sebagainya
·         Untuk mengetahui resiko penggunaan BTP

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengetian Bahan Tambahan Pangan (BTP)

            Pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 No.1168/Menkes/PER/X/1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan.
             Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam pengertian luas adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Yang dimaksud "bahan tambahan pangan" adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.

2.2  Fungsi BTP
  • Mempertahankan konsistensi produk makanan Misalnya : Emulsifier menjadikan produk makanan mempunyai tekstur yang konsisten; contoh, susu yang diawetkan tidak terpisah.
  • Memperbaiki atau memelihara nilai gizi. Contohnya adalah: Vitamin dan mineral yang umumnya ditambahkan ke dalam makanan seperti susu, tepung, dan lain-lain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang yang kekurangan gizi, atau untuk mempertahankan bahkan meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi bahan makanan tersebut yang kemungkinan hilang akibat pemrosesan.
  • Menjaga cita rasa dan sifat produk makanan secara keseluruhan. Contoh : Bahan pengawet mempertahankan mutu produk makanan dari mikrobia yang dapat menyebabkan kerusakan produk, misal berjamur atau busuk.
  • Menjaga tingkat keasaman atau kebasaan makanan yang diinginkan. Contoh : Bahan pengembang menghasilkan gas karbon dioksida sehingga tekstur biskuit, cake dan produk sejenis lainnya mengembang.
  • Memperkuat rasa atau memberikan warna tertentu yang dikehendaki. Beberapa bumbu dan penyedap rasa baik buatan maupun alami memperkuat rasa makanan. Warna kuning dari pewarna kuning buatan (BTP) tartrazine atau kurkumin dari kunyit memberi warna khas pada produk.


2.3  Manfaat BTP
·         Mempertahankan konsistensi produk makanan Misalnya : Emulsifier menjadikan produk makanan mempunyai tekstur yang konsisten; contoh, susu yang diawetkan tidak terpisah
·         Memperbaiki atau memelihara nilai gizi. Contohnya adalah: Vitamin dan mineral yang umumnya ditambahkan ke dalam makanan seperti susu, tepung, dan lain-lain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang yang kekurangan gizi, atau untuk mempertahankan bahkan meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi bahan makanan tsb yang kemungkinan hilang akibat pemrosesan.
·         Menjaga cita rasa dan sifat produk makanan secara keseluruhan. Contoh : Bahan pengawet mempertahankan mutu produk makanan dari mikrobia yang dapat menyebabkan kerusakan produk, misal berjamur atau busuk.
·         Menjaga tingkat keasaman atau kebasaan makanan yang diinginkan. Contoh : Bahan pengembang menghasilkan gas karbon dioksida sehingga tekstur biskuit, cake dan produk sejenis lainnya mengembang.       
·         Memperkuat rasa atau memberikan warna tertentu yang dikehendaki. Beberapa bumbu dan penyedap rasa baik buatan maupun alami memperkuat rasa makanan. Warna kuning dari pewarna kuning buatan (BTP) tartrazine atau kurkumin dari kunyit memberi warna khas pada produk.


2.4  Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

            Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila, tidak digunakan untuk menyembunyikan atau menutupi penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan serta tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan (BPOM, 2003).   
            Menurut Cahyadi (2009) Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu sebagai berikut :
1.      Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahakan kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna, pemanis.
2.      Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama produksi, pengolahan, pengemasan. Contoh residu pestisida, antibiotic, dan hidrokarbon aromatik polisiklis.

            Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah, tetapi ada pula kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :
1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan.
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan.
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
            Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2, yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya, yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/melindungi kesehatan konsumen.

2.5   Penggolongan Bahan Tambahan Pangan

1. Golongan BTP yang diizinkan
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/MenKes/Per/IX/88 golongan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan diantaranya sebagai berikut :

1.      BTP ANTIOKSIDAN

a. Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk melindungi komponen komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya. Adanya ion logam, terutama besi dan tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion logam ini seringkali diinaktivasi dengan penambahan senyawa pengkelat, dan dapat juga disebut bersifat sinergistik dengan antioksidan karena menaikkan efektivitas antioksidan utamanya. Untuk dapat digunakan sebagai antioksidan, suatu senyawa harus mempunyai sifat-sifat : tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%), dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik) dan harus dapat tahap pada kondisi pengolahan pangan umumnya.
            Berdasarkan sumbernya antioksidan dapat digolongkan ke dalam dua jenis. Pertama, antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Kedua, antioksidan sintetis seperti BHA (Butylated Hydroxyanisole), BHT (Butylated Hydroxytoluene), PG (Propil Galat), dan TBHQ (di-t-Butyl Hydroquinone). Tabel 1 menunjukkan komponen-komponen flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan beserta sumbernya BHA (Butylated Hydroanisole).
            BHA merupakan campuran dua isomer, yaitu 2- dan 3-tertbutilhidroksianisol. Di antara kedua isomer tersebut, isomer 3-tert memiliki aktivitas antioksidan yang lebih efektif dibandingkan isomer 2-tert. Bentuk fisik BHA adalah padatan putih menyerupai lilin, bersifat larut dalam lemak dan tidak larut dalam air. BHT (Butylated Hydroxytoluene). Sifat-sifat BHT sangat mirip dengan BHA dan bersinergis dengan BHA. Propil Galat. Propil galat merupakan ester propanol dari asam trihidroksi benzoat. Bentuk fisik propil galat adalah kristal putih. Propil galat memiliki sifat-sifat : (1) dapat bersinergis dengan BHA dan BHT, (2) sensitif terhadap panas, (3) membentuk kompleks berwarna dengan ion logam, oleh karenanya jika dipakai dalam makanan kaleng dapat mempengaruhi penampakan produk.
            TBHQ (Tertiary Butylhydroquinone). TBHQ merupakan antioksidan yang paling efektif dalam minyak makan dibandingkan BHA, BHT, PG dan tokoferol. TBHQ memiliki sifat-sifat:
(1) bersinergis dengan BHA (2) cukup larut dalam lemak (3) tidak membentuk komplek dengan ion logam tetapi dapat berubah menjadi merah muda, jika bereaksi dengan basa Dosis pengunaan tiap-tiap antioksidan sintetik ini tidak sama untuk masing-masing negara. Tabel 2 menunjukkan dosis pemakaian antioksidan BHA, BHT, Galat dan TBHQ di beberapa negara

b. Jenis-jenis Antioksidan
            Jenis antioksidan yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari:
a. Ascorbic Acid (Asam askorbat dan garamnya (natrium askorbat, kalsium askorbat, dan
kalium askorbat))
b. Ascorbil palmitate (Askorbil palmiat)
c. Ascorbil stearate (Askorbil stearat)
d. Erythrobic Acid ((Asam eritrobat dan garamnya (natrium eritrobat))
e. Tertiary butyl hydroquinone (TBHQ) (Butil Hidrokinon Tersier)
f. Butylated hydroxyanisole (BHA) (Butil Hidroksianisol)
g. Butylated hydroxy Toluene (BHT) (Butil Hidroksitoluen)
h. Propyl gallate (Propil galat)
i. Tocopherol (tokoferolcampuran pekat, alfa tokoferol dan gama tokoferol), yang telah
diyakini keamanannya.
j. Dilauryl Thiodipropionate (Dilauril Tiodipropionat)
k. Stannous Chloride (Timah II Klorida)


Tabel 1. Beberapa contoh komponen flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan
Komponen
Sumber
Vitamin
Vitamin C
Vitamin E

Buah-buahan & sayuran
Padi-padian, kacangkacangan
dan minyak
Anthosianidin
Oenin
Cyanidin
Delphinidin

Anggur (wine)
Buah anggur, raspberri,
strawberri
Kulit buah aubergine
Flavo-3-ols
Quercertin
Kaempferol

Bawang, kulit buah apel,
buah berri, buah anggur, tea
dan brokoli
Leek, brokoli, buah anggur
dan teh
Flavonone
Rutin
Luteolin
Chrysin
Apigenin

Bawang, kulit buah apel,
buah berri, buah anggur, tea
dan brokoli
Lemon, olive, cabe merah
Kulit buah
Celery dan parsley
Flavan-3-ols
(Epi)catecin
Epigallocatecin
pigallocatecin
gallate
Epicatecin
gallate

Red/black grape wine
Tea
Tea
Tea
Flavonone
Taxifolin
Narirutin
Naringenin
Hesperidin
Hesperetin

Buah jeruk citrus
Buah jeruk citrus
Buah jeruk citrus
Jus Orange
Jus Orange
Theaflavin
Theaflavin
Theaflavin-3-
gallate
Theaflavin-
3’-gallate
Theaflavin
digallate

Black tea
Black tea
Black tea
Black tea
Hydroxycinnamat
Caffeic acid
Chlorogenic
acid
Ferulic acid
p-Coumaric
acid

Buah anggur putih, olive,
asparagus
Buah apel, pir, cherry,
tomat dan peach
Padi-padian, tomat,
asparagus
Buah anggur putih, tomat,
asparagus

                                                            Sumber : Rice-Evans et al. (1997)

Tabel 2. Dosis Pemakaian BTP antioksidan
No.
Nama Antioksidan
Penggunaan Dalam Pangan
Ukuran Maksimum yang diijinkan
1.
Askorbat
Kaldu
1 gr/kg
Daging Olahan, Jam, Jelly
500 mg/kg
Ikan Beku
400 mg/kg
2.
Butil Hidroksianisol (BHA)
Lemak dan minyak makan serta mentega
200 mg/kg
Margarin
100 mg/kg
3.
Butil Hidroksitoluen
Ikan Beku
1 gr
Minyak, Mentega, Margarine
200 mg/kg
4.
Propil Galat
Lemak, minyak makan, margarine, dan mentega
100  mg/kg
5.
Tokoferol
Pangan Bayi
300 mg/kg


2.       BTP ANTI KEMPAL

a.      Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/ IX/88, anti kempal dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja). Fungsi Anti Kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat mengikat air tanpa menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja, campuran kering (dry mixes), dan lain-lain. Penambahan senyawa anti kempal bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan menjaga agar bahan tersebut tetap dapat dituang (free flowing).

b.      Mekanisme Kerja
            Senyawa anti kempal biasanya merupakan garam-garam anhidrat yang bersifat cepat terhidrasi dengan mengikat air, atau senyawa-senyawa yang dapat mengikat air melalui pengikatan di permukaan (surface adhesion) tanpa menjadi basah dan menggumpal. Senyawa senyawa tersebut biasanya adalah senyawa yang secara alami berbentuk hampir kristal (near
crystalline). Senyawa anti kempal dapat digolongkan menjadi :
a.Garam (aluminium, amonium, kalsium, potassium, dan sodium).
b.Kalsium posfat.
c.Magnesium oksida.
d.Garam (magnesium, kaslium, dan campuran kalsium aluminium) dari asam silikat.
            Senyawa golongan 1, 2, dan 3 membuat hidrat, sedangkan senyawa 4 dan 5 menyerap air.Senyawa anti kempal biasanya dapat dimetabolisme atau tidak toksik pada tingkat penggunaan yang diizinkan. Kalsium silikat banyak digunakan untuk menghindari penggumpalan baking powder dan mempunyai kemampuan untuk mengikat air 2,5 kali dari beratnya. Selain mengikat air, kalsium silikat juga dapat mengikat minyak dan senyawa-senyawa nonpolar lainnya. Sifat inilah yang membuat kalsium silikat banyak digunakan di dalam campuran-campuran yang mengandung bumbu, terutama yang kandungan minyak atsirinya tinggi. Kalsium stearat sering digunakan sebagai processing aid dalam pembuatan permen keras (hard candy). Senyawa anti kempal yang relatif baru dikembangkan adalah bubuk selulose berkristal mikro (microcrystalline cellulose powder). Senyawa ini banyak dipakai untuk produk keju parut agar tidak membentuk gumpalan.
            Bahan-bahan makanan yang tergolong bahan anti kempal diantaranya :
a. Aluminium Silicate (Aluminium silikat)
b. Calcium Aluminium Silicate (Kalsium aluminium silikat)
c. Calcium Silicate (Kalsium silikat)
d. Magnesium Carbonate (Magnesium karbonat)
e. Magnesium Oxide (Magnesium oksida)
f. Magnesium Silicate Magnesium silikat
g. Sodium Alumino Silicate (Natrium alumino silikat)
h. Myristic Acid, Palmitic Acid and Stearic Acid (Miristat, palmitat dan stearat)
i. Silicon Dioxide amorpus (Silikon Dioksida Amorf)
j. Cacium Phospate, Tribasic (Trikalsium fosfat)
k. Magnesium Phospate, Tribasic (Trimagnesium fosfat)

Tabel Dosis Pemakaian BTP Anti Kempal
No.
Nama Bahan Antikempal
Penggunaan Dalam Pangan
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan
1.
Alumunium Siklat
susu dan Krim Bubuk
1 gr/kg
2.
Kalsium Alumunium Silikat
Serbuk Garam dengan Rempah dan Merica
20 gr/kg
Gula Bubuk
15 gr/kg
Garam Meja
10 gr/kg
3.
Magnesium Karbonat
Sama seperti Kalsium Silikat
4.
Magnesium Oksida dan Magnesium Silikat
Sama seperti Alumunium Silikat




3. BTP PENGATUR KEASAMAN

a. Defenisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/ Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pengatur keasaman adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat. Fungsi Asam, baik organik maupun anorganik, secara alami terdapat di dalam bahan pangan. Keberadaannya beragam, dari sebagai metabolit antara hingga sebagai komponen pendapar (buffering agent). Asam seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan dan proses pengolahan pangan. Fungsinya yang paling penting adalah sebagai senyawa pendapar. Asam dan garamnya sering pula ditambahkan sebagai campuran pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba dan senyawa pengkelat. Asam berperan sangat penting dalam pembentukan gel pektin, dapat bertindak sebagai penghilang busa (defoaming agent) dan membantu proses denaturasi protein dalam pembuatan yogurt, keju, dan produk-produk fermentasi susu lainnya. Dalam proses pengolahan buah dan sayuran, asam sering ditambahkan untuk menurunkan pH dan mengurangi kebutuhan panas selama proses sterilisasi. Fungsi lain dari asam yang tak kalah pentingnya, tentu saja adalah kontribusinya terhadap rasa dan aroma bahan pangan. Asam juga mempunyai kemampuan untuk mengubah dan meningkatkan intensitas rasa dari komponen citarasa lainnya. Asam lemak rantai pendek berkontribusi terhadap aroma berbagai makanan.
            Bahan-bahan yang tergolong pengatur keasaman di antaranya:
     a. Alumunium Amonium Sulfat                       m. Asam Malat
     b. Aluminium Natrium Sulfat                          n. Asam Sitrat
     c. Alumunium kalium Sulfat                            o. Asam Tartrat
     d. Amonium Bikarbonat                                  p. Diamonium Fosfat
     e. Amonium Hidroksida                                q. Dikalsium Fosfat
     f. Amonium Karbonat                                   r. Dinatrium Fosfat
     g. Asam Adipat                                                s. kalium Bikarbonat
     h. Asam Asetat Glasial
     i. Asam Fosfat
     j. Asam Fumarat
     k. Asam Klorida
     l. Asam Laktat
Tabel  Dosis Pemakaian BTP Pengatur Keasaman
No.
Nama Pengatur Keasaman
Penggunaan Dalam Pangan
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan
1.
Aluminium, ammonium/kalium/natrium
Soda kue
Secukupnya
2.
Asam Laktat
Pangan Pelengkap Serelia
15 gr/kg
Pangan Bayi Kaleng
2 gr/kg
3.
Asam Sitrat
Coklat dan coklat bubuk
5 gr/kg
4.
Kalium dan Natrium Bikarbonat
Mentega
2 gr/kg
Jam/Jelly, Soda Kue, dan Pangan Bayi
Secukupnya
4. BTP PEMANIS BUATAN

a.      Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Yang dimaksud dengan BTP Pemanis Buatan adalah BTP yang dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori. Bahan ini hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu. Pemanis buatan pada awalnya diproduksi komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita Diabetes mellitus yang harus mengontrol kalori makanannya. Dalam perkembangannya, pemanis buatan juga digunakan untuk meningkatkan rasa manis dan citarasa produk-produk yang mengharuskan rasa manis dan di dalamnya sudah terkandung gula. Ketentuan terkait pemanis buatan dikeluarkan BPOM berupa SK Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
            Peraturan Teknis ini terdiri dari :
a) Ketentuan Umum berisi definisi dan informasi yang perlu diketahui.
b) Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
·         Penggunaan Umum Pemanis Buatan.
·         Penggunaan Pemanis Buatan Golongan Poliol.
·         Persetujuan Penggunaan Pemanis Buatan.
·          Larangan Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
c) Ketentuan Label.
d) Pengawasan dan Pembinaan.
e) Sanksi.
f) Ketentuan Peralihan.
            Selanjutnya Peraturan Teknis ini dituangkan dalam bentuk SNI 01-6993-2004.

b.      Jenis Pemanis Buatan
            SNI 01-6993-2004 mengatur 13 jenis pemanis buatan. Dalam hal ini, batas maksimum penggunaan pemanis buatan dibuat per katagori pangan.

Tabel 1. Jenis BTP Pemanis Buatan beserta Nilai Kalori dan ADI

No
Jenis BTP
Pemanis Buatan
Nilai kalori
ADI*

Kkal Mg/kg BB
Kkal/g
KJ/g
1.
2.
3.
4.




5.

6.

7.

8.
9.
10.
11.

12.
13.
Alitam
Asesulfam-K
Aspartam
Isomalt



Laktitol

Maltitol

Manitol


Neotam
Sakarin
Siklamat
Silitol

Sorbitol
Sukralosa
1,4
0
0,4
2



2

2,1

1,6

0
0
0
2,4

2,6
0
5,85
0
1,67
8,36



8,36

8,78

6,69

0
0
0

10,03



10,87
0
0,34
15
50
tidak dinyatakan karena
termasuk Generally
Recognized as Safe (GRAS)

tidak dinyatakan karena
termasuk GRAS

tidak dinyatakan karena
termasuk GRAS

tidak dinyatakan karena
termasuk GRAS


2
5
11
tidak dinyatakan karena
termasuk GRAS


tidak dinyatakan karena
termasuk GRAS
15

            * ADI : Acceptable Daily Intake (Asupan harian yang dapat diterima) yaitu istilah untuk menentukan jumlah maksimum suatu pemanis buatan yang dinyatakan dengan mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.

c.       Pemanis Non Kalori
            Pemanis non kalori umumnya dibuat dari bahan sintetis atau bahan kimia. Pemanis non kalori mempunyai kadar manis yang kuat, jauh lebih kuat dari manis gula alami atau sukrosa. Beberapa pemanis buatan yang masuk pada pemanis non kalori adalah :
a) Alitam (INS 956)
· Memiliki rumus kimia (C14H25N3O4S.2.5H2O.)
· Dibuat dari sintesis asam amino L-asam aspartat dan Alanin.
· Kadar manis 2.000 kali tingkat sukrosa.
b) Asesulfam-K (INS 950)
· Memiliki rumus kimia C4H4KNO4S.
· Kadar manis 200 kali tingkat sukrosa
c) Aspartam (INS 951)
· Memiliki rumus kimia C14H18N2O5.
· Kadar manis 220 kali tingkat sukrosa
d) Siklamat (INS 952)
· Memiliki rumus kimia C6H13NO3S.
· Kadar manis 30 kali tingkat sukrosa.
e) Sakarin (INS 954)
· Memiliki rumus kimia C14H8CaN2O6S2. 3H2O atau C7H4KNO3S. 2H2O atau
C7H4NaNO3S. 2H2O
· Kadar manis 300 sampai 500 kali tingkat sukrosa
f) Neotam (INS 961)
· Memiliki rumus kimia C20H30N2O5
· Kadar manis 7.000 sampai 13.000 kali tingkat sukrosa.
g) Manitol (INS 421)
· Memiliki rumus kimia C6H14O6.
· Dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati.
· Kadar manis 0,7 kali tingkat sukrosa.
· Dapat menimbulkan efek laksatif jika dikonsumsi lebih dari 20 g/hari.
h) Sorbitol (INS 420)
· Memiliki rumus kimia C6H14O6.
· Kadar manis 0,5-0,7 kali tingkat sukrosa.
· Dapat menimbulkan efek laksatif, jika dikonsumsi lebih dari 50 g/hari.
i) Silitol (INS 967)
· Memiliki rumus kimia C5H12O5.
· Umum terdapat pada buah dan sayur.
· Kadar manis sama dengan sukrosa.
j) Laktitol (INS 966)
· Memiliki rumus kimia C12H24O11.
· Dibuat dari proses reduksi glukosa yang berasal dari disakarida laktosa.
· Kadar manis 0,3-0,4 kali tingkat sukrosa.
· Dapat menimbulkan efek laksatif jika dikonsumsi lebih dari 20 g/hari.
k) Isomalt (INS 953)
· Dibuat dari sukrosa melalui dua tahap proses enzimatik, mengandung gluko-manitol dan
gluko-sorbitol.
· Kadar manis 0,45-0,65 kali tingkat sukrosa.
l) Maltitol (INS 965)
· Memiliki rumus kimia C12H14C11.
· Dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis pati.
· Kadar manis 0,9 kali tingkat sukrosa.
m) Sukralosa (INS 955)
· Memiliki rumus kimia C12H19Cl3O8.
· Kadar manis 600 kali tingkat sukrosa

5. BTP PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG

a.      Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Pangan, Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.Bahan sekuestran seperti asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), bisa menimbulkan gangguan pada absorpsi mineral-mineral esensial seperti tembaga, besi, dan seng. Bahan tambahan makanan yang digunakan untuk memperbaiki tekstur, yaitu karboksimetil selulosa, epikklorohidrin, natrium dan kalsium karagenan, polieksietilen stearat, saponin, dan natrium alginat. Penggunaan karboksimetil selulosa dapat menyebabkan gangguan pada usus, dan bersifat karsinogenik. Saponin mengakibatkan efek pada masa kehamilan, dan gangguan darah. Karagen bisa memicu luka pada hati, efek pada sistem imun, karsinogenik, dan menyebabkan bisul pada perut. Penggunaan Epikklorohidrin secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan ginjal, karsinogenik, dan bahkan efek perubahan pada kromosom. Polieksietilen stearat dapat menyebabkan efek pada usus lambung dan urin, seperti batu pada tumor, dan kandung kemih. Sedangkan penggunaan natrium alginat dapat menyebabkan reaksi alergi dan penyerapan pada mineral esensial.
            Bahan-bahan yang termasuk bahan pemutih dan pematang tepung di antaranya:
a. Asam Askorbat
b. Aseton Peroksida
c. Azodikarbon Amida
d. Kalsium stearoil
e. Natrium Stearil Fumarat
f. Natrium Stearoil
g. L-Sisteina (Hidroklorida)
            Beberapa bahan tambahan makanan seperti pembentuk cita rasa seperti koumarin, safrol, minyak kalamus, dan sinamil antranilat, semuanya dilarang. Masing-masing mempunyai daya pengoksidasi yang tinggi, sehingga tidak bisa digunakan sebagai BTM mamin berlemak, karena akan memicu ketengikan. Bahan pemutih dan pematang yang diizinkan adalah asam askorbat.

Tabel Dosis Pemakaian BTP Pemutih & Pematang Tepung
No
Nama
Penggunaan Dalam Pangan
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan
1.
Asam Askorbat
Tepung
200 mg/kg
2.
Natrium Steroi-2-laktat
Adonan kue
5 mg/kg
Roti dan sejenisnya
3.75 gr/kg tepung
Wafer dan tepung campuran
3 gr/kg bahan kering


6. BTP PENGEMULSI, PEMANTAP DAN PENGENTAL

a.      Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan makanan, Pengelmulsi, pemantap, dan pengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan. Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari dua fase cairan yang tidak saling melarut, di mana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya. Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase terdispersi, sedangkan cairan yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinyu atau medium dispersi Istilah pengemulsi (emulsifier) atau surfaktan dalam beberapa hal kurang tepat. Alasannya, bahan ini dapat melakukan beberapa fungsi yang pada beberapa jenis produk tidak berkaitan langsung dengan pembentukan emulsi sama sekali.
            Fungsi-fungsi pengemulsi pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama yaitu :
a.        Untuk mengurangi tegangan permukaan pada permukaan minyak dan air, yang mendorong pembentukan emulsi dan pembentukan kesetimbangan fase antara minyak, air dan pengemulsi pada permukaan yang memantapkan antara emulsi.
b.      Untuk sedikit mengubah sifat-sifat tekstur, awetan dan sifat-sifat reologi produk pangan, dengan pembentukan senyawa kompleks dengan komponen-komponen pati dan protein.
c.       Untuk memperbaiki tekstur produk pangan yang bahan utamanya lemak dengan mengendalikan keadaan polimorf lemak.
            Sistem kerja emulsifier berhubungan erat dengan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan interfasial). Selama emulsifikasi, emulsifier berfungsi menurunkan tegangan interfasial sehingga mempermudah pembentukan permukaan interfasial yang sangat luas. Bila tegangan interfasial turun sampai di bawah 10 dyne per cm, maka emulsi dapat dibentuk. Sedangkan bila tegangan interfasial mendekati nilai nol, maka emulsi akan terbentuk dengan spontan.
            Berikut ini adalah contoh-contoh emulsifier yang umum digunakan dalam bahan pangan :
·           Mono dan Diglycerides, dikenal juga dengan istilah discrete substances. Pertama kali dibuat oleh Berthelot pada tahun 1853 melalui reaksi esterifikasi asam lemak dan glycerol. Mono dan diglycerides merupakan zat pengemulsi yang umum digunakan. Komponenkomponen ini dapat diperoleh dengan memanaskan triglyceride dan glycerol dengan suatu katalis yang bersifat basa. Reaksi ini akan menghasilkan campuran yang terdiri dari ± 45 persen monogliserida dan ± 45 persen digliserida, serta ± 10 persen trigliserida bersamasama dengan sejumlah kecil gliserol dan asam-asam lemak bebas. Mono dan digliserida yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan cara destilasi molekuler. Yang tergolong monodan diglycerides antara lain:
·         Glycerol monolaurate, dibuat dari reaksi glycerol dan asam laurat.
·         Ethoxylated mono dan diglycerides (EMG), juga disebut dengan polyoxyethylene (20)
·         mono dan diglycerides.
·         Diacetyl tartaric acid ester of monoglycerides (DATEM).
·         Lactic acid ester of monoglycerides, misalnya glyceril lactylpalmitate.
·         Succinylated monoglycerides
·           Stearoyl Lactylates, merupakan hasil reaksi dari steric acid dan lactic acid, selanjutnya diubah ke dalam bentuk garam kalsium dan sodium. Bahan pengemulsi ini sering digunakan dalam produk-produk bakery.
·           Propylene Glycol Ester, merupakan hasil reaksi dari propylene glycol dan asam-asam lemak. Umumnya digunakan dalam pembuatan kue, roti dan whipped topping.
·           Sorbitan Esters. Asam sorbitan yang terbentuk dari reaksi antara sorbitan dan asam lemak. Sorbitan adalah produk dihidrasi dari gula alkohol yang dapat diperoleh secara alami yaitu sorbitol. Sampai saat ini hanya sorbitan monostearat, satu-satunya ester sorbitan yang diizinkan digunakan dalam pangan. Bahan tersebut umumnya digunakan dalam pembuatan kue, whipped topping, cake icing, coffee whiteners, serta pelapis pelindung buah dan sayuran segar.
·           Polysorbates. Ester polioksietilen sorbitan umumnya disebut polisorbat. Ester ini dibuat dari reaksi antara ester-ester sorbitan dan ethylene oxide. Tiga jenis polisorbat yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan adalah polisorbat 60, Polisorbat 65, polisorbat 80.
·           Polyglycerol Ester, dibuat dari reaksi antara asam-asam lemak dan glycerol yang sudah mengalami polimerisasi. Tingkat polimerisasinya antara 2-10 molekul. Ester-ester poliglycerol digunakan dalam pangan yang diaerasi mengandung lemak, beverage, icing, dan margarine.
·           Ester-ester Sukrosa, adalah mono, di dan triester sukrosa dan asam-asam lemak. Ester ini dihasilkan dari reaksi sukrosa dan lemak sapi. Penggunaannya dalam pangan umumnya pada pembuatan roti, produk tiruan olahan susu, dan whipped milk product.
·           .Lecitin, adalah campuran fosfatida dan senyawa-senyawa lemak yang terdiri dari fosfatidil kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil inositoll, dan komponen-komponen lainnya. Lesitin merupakan bahan penyusun alami pada hewan maupun tanaman. Lecitin paling banyak diperoleh dari kedele dan kuning telur. Biasanya digunakan untuk emulsifier pada margarine, roti, kue dan lain-lain.

Algin
               Algin merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat (Phaeophyceae) yang diperoleh dengan cara melarutkannya dalam alkali larutan natrium karbonat. Proses ini untuk menghilangkan selulosa sekaligus memisahkan algin dalam bentuk garam kalsium atau asam alginat. Selain itu, produk sampingan terpenting proses pemisahan Algin adalah propilen glikol alginat. Algin yang memiliki mutu food grade harus bebas dari selulosa serta warnanya sudah dilunturkan. Fungsi algin dalam industri pangan dianggap cukup penting, sebagai salah satu alternatif bahan tambahan makanan yang halal. Fungsi algin pada prinsipnya dapat menggantikan gelatin atau lemak hewan yang berfungsi sebagai stabilizer-emulsifier dan pengental penstabil emulsi. Algin merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi. Kondisi ini memberikan implikasi pada algin, yakni mudah menyerap air. Inilah alasan yang memungkinkan algin dijadikan sebagai bahan pengental. Di samping proses pengentalan larutan itu sendiri, algin juga dapat meningkatkan daya suspensi larutan tersebut (stabilisator). Pada sistem yang lain, algin yang memiliki produk sampingan propilen glikol alginat  memiliki gugus hidrolik dan lipofilik. Keadaan ini memungkinkan algin berfungsi sebagai pengemulsi yang asli dengan sifat pengental yang kuat. Dengan sifat-sifat di atas, algin digunakan dalam industri makanan pada produk:
·      Susu (es krim). Dalam hal ini, algin berfungsi sebagai stabilisator yang dapat menjaga keutuhan es krim dan membuahkan tekstur yang halus. Selain itu mencegah timbulnya kristal es yang besar dalam produk yang dihasilkan – sesuatu yang sangat dihindari dalam pembuatan es krim. Algin juga digunakan sebagai stabilisator pada produk susu lainnya, seperti susu es (ice milk), milk shake mixes dan sherbets, yoghurt, roti dan kue. Karena sifatnya yang baik dalam menahan air (water holding capacity), algin dapat mengatasi cepat mengeringnya produk pada keadaan udara berkelengasan rendah. Algin dipergunakan pada roti dan kue dalam cake filling dan toppings, bakery jellies, pie filling dan lain sebagainya.
·      Bumbu salad. Propylen glikol alginat yang terdapat pada algin memiliki sifat selain sebagai pengemulsi, juga sebagai bahan pengental. Karena itu, algin sangat tepat jika ditambahkan dalam produk french dressing. Adanya algin pada produk tersebut akan membuat bumbu salad menjadi tahan lama dan tidak pecah, baik disimpan pada suhu tinggi maupun suhu rendah.
·      Permen agar-agar. Algin mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menahan air yang baik. Penggunaan algin dalam pembuatan permen agar-agar menjadikan permen bersifat bening dan tahan lama serta memiliki tekstur yang empuk sampai saat pengunyahan.
·      Produk kalengan. Produk pangan yang dikalengkan, biasanya mengandung cairan.Penambahan algin mengganti sebagian besar pati pada produk pangan kaleng untuk mengurangi waktu proses pemanasan. Pengurangan waktu proses pemanasan ini berkaitan dengan adanya ion kalsium pada algin. Saat terjadi pemanasan, ion kalsium terhambat. Akibatnya, larutan memiliki viskositas yang rendah. Setelah proses pemanasan-sterilisasi selesai dan suhu diturunkan, ion kalsium bereaksi dengan algin yang menyebabkan viskositas meningkat hingga mencapai kondisi yang diinginkan.Karena memiliki kandungan kalori yang rendah (1,4 kkal/gram) algin juga digunakan pada produk pelangsing tubuh (dietetic foods). Selain cocok untuk produk pangan, algin juga dapat digunakan pada produk obat-obatan dan kosmetika. Sebagai contoh untuk bahan suspensi,stabilisator dalam pembuatan salep dan sebagai pengikat (binder) dalam pembuatan tablet.

Tabel Dosis Pemakaian Pengelmulsi, Pemantap, Pengental
No.
Nama Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
Penggunaan Dalam Pangan
Ukuran Maksimum yang diijinkan
1.
Agar
Sardine dan sejenisnya
2 gram/kg
Es krim, es puter dan sejenisnya
10 gram/kg
Keju
8 gram/kg
Yogurt
5 gram/kg
2.
Dekstrin
Es Krim
30gr/kg
Keju
10gr/kg
Kaldu
secukupnya
3.
Gelatin
Keju
10 gr/kg
Yogurt
5 gr/kg
4.
Gom
Es Krim
10 gr/kg
Keju
8 gr/kg
Saus Selada
7.5 gr/kg
Yogurt
5 gr/kg
5.
Karagen
Sardine
20 gr/kg
Es Krim
10 gr/kg
Yogurt
5 gr/kg
6.
Lecitin
Minuman hasil olahan susu, roti, dan margarine
Secukupnya
7.
Karboksimetil selulosa (CMC)
Sardine
20 gr/kg
Es Krim
10 gr/kg
Keju
5 gr/kg
8.
Pektin
Es Krim
30 gr/kg
Yogurt dan sayuran kaleng yang mengandung mentega
10    r/kg

7. BTP PENGAWET

            a. Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan makanan, BTP pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
            Proses pengawetan adalah upaya menghambat kerusakan pangan dari kerusakan yang disebabkan oleh mikroba pembusuk yang mungkin memproduksi racun atau toksin. Tujuan pengawetan yaitu menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan, mempertahankan mutu, menghindarkan terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan dan penyimpanan. Daya keawetan pangan berbeda untuk setiap jenisnya. contohnya telur yang diawetkan dapat bertahan 1-2 bulan; daging yang dibekukan dapat awet 6-9 bulan; ikan asin sekitar enam bulan; apel segar yang disimpan dengan kontrol atmosfer (dalam ruang pendingin atau refrigerator/chiller pada temperatur 6-10 °C) dapat awet sekitar 3 bulan.           Secara umum metoda pengawetan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Penambahan BTP Pengawet
b. Pemanasan dengan suhu tinggi (Pemanasan)

b.  Metode Pengawetan dengan penambahan BTP Pengawet
            Kondisi lingkungan yang beriklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi memungkinkan untuk tumbuhnya mikroba perusak makanan. Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 terdapat 26 jenis pengawet yang diijinkan untuk ditambahkan ke dalam makanan dan minuman.
            Jenis pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari asam asetat, kalsium asetat, natrium asetat, asam benzoat dan garamnya (kalium benzoat, kalsium benzoat, dan natrium benzoat), asam propionat dan garamnya (kalium propionat, kalsium propionat, dan natrium propionat), asam sorbat dan garamnya (kalium sorbat, kalsium sorbat, dan natrium sorbat), belerang dioksida dan garam sulfit (kalium bisulfit, kalium metabisulfit, kalium sulfit, kalsium bisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, dan natrium sulfit), p-hidroksibenzoat (etil p-hidroksibenzoat, metil p-hidroksibenzoat, dan propil p-hidroksibenzoat), lisozim hidroklorida, nitrat (kalium nitrat dan natrium nitrat), dan nitrit (kalium nitrit dan natrium nitrit). Penggunaan pengawet diatas diizinkan ditambahkan dengan jumlah tidak melebihi batas maksimum dan sesuai dengan kategori pangan.

Tabel Dosis Pemakaian BTP Pengawet
No.
Nama Pengawet
Penggunaan dalam Pangan
Ukuran Maksimum yang diijinkan
1.
Benzoat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium benzoat)
Untuk mengawetkan minuman ringan dan kecap
600 gr/kg
Sari buah, saus tomat, saus sambal, manisan, jem dan jelly
1 gr/kg
2.
Propionat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium propionat)
Keju olahan
3 gr/kg
3.
Nitrit dan Nitrat
Untuk mengawetkan daging olahan atau yang diawetkan seperti sosis
125 mg nirit/kg atau 500 mg nitrat/kg
4.
Sorbat
Untuk mengawetkan margarin
1 gr/kg
5.
Sulfit
Pekatan sari nenas
500 kg/kg

8. BTP PEWARNA MAKANAN

a.      Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan Makanan, Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Secara teknis, bahan pewarna adalah zat pewarna (dye), pigmen atau senyawa yang dapat menampilkan warna tertentu jika ditambahkan atau digunakan dalam makanan, obat, kosmetik atau tubuh manusia. Bahan pewarna yang diizinkan digunakan dalam makanan diklasifikasikan menjadi:
·         Bahan pewarna buatan
            Bahan pewarna buatan perlu disertifikasi oleh pihak yang berwenang sebelum dapat
digunakan. Bahan pewarna buatan digunakan secara luas karena kekuatan zat warnanya lebih
kuat dibandingkan bahan pewarna alami. Karena itu, bahan pewarna buatan dapat digunakan
dalam konsentrasi yang kecil. Lagi pula, bahan pewarna buatan lebih stabil, penampilan
warna lebih seragam, dan umumnya tidak mempengaruhi rasa makanan.

·         Bahan pewarna alami
            Bahan pewarna alami meliputi pigmen yang berasal dari bahan alami seperti tumbuhan, mineral dan hewan, serta bahan yang diproses oleh manusia yang bahan bakunya berasal dari bahan alami.

Alasan bahan pewarna digunakan dalam makanan :
            Warna merupakan salah satu sifat penting makanan yang dapat menambah selera makan. Beberapa alasan penambahan bahan pewarna dalam makanan adalah:
·         Mengurangi atau mencegah hilangnya warna makanan yang disebakan oleh adanya
            paparan sinar matahari, suhu yang ekstrem, kelembaban, dan kondisi penyimpanan.
·         Memperbaiki perubahan warna bahan makanan yang terjadi secara alami.
·         Memperkuat warna yang secara alami sudah ada.
·          Memperkuat identitas makanan dengan warna.
·         Melindungi flavor dan vitamin yang dapat dipengaruhi oleh sinar matahari selama
            penyimpanan.
·         Memberikan penampilan makanan sesuai keinginan konsumen.
            Menurut Winarno (1997) ada lima faktor yang dapat menyebabkan suatu bahan berwarna yaitu :
a. Pigmen yang secara alami terdapat pada hewan maupun tanaman.
b. Reaksi karamelisasi yang menghasilkan warna coklat.
c. Reaksi Maillard yang dapat menghasilkan warna gelap.
d. Reaksi oksidasi.
e. Penambahan zat warna baik zat warna alami (pigmen) maupun sintetik.
            Dalam proses pengolahan pangan, perubahan yang paling umum terjadi adalah penggantian atom magnesium oleh atom hidrogen yang membentuk feofitin. Hal itu ditandai
dengan perubahan warna dari hijau menjadi coklat olive yang suram. Mioglobin dan hemoglobin ialah zat warna merah pada daging yang tersusun oleh protein globin dan heme yang mempunyai inti berupa zat besi. Heme merupakan senyawa yang terdiri dari dua bagian, yaitu atom zat besi dan suatu cincin plana yang besar yaitu porfirin. Porfirin tersusun oleh empat cincin pirol yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembtan meten. Heme juga disebut feroprotoporfirin. Baik hemoglobin maupun mioglobin memiliki manfaat serupa, yaitu berfungsi dalam transfor oksigen untuk keperluan metabolisme. Karotenoid merupakan kelompok pigmen berwarna kuning, oranye, dan merah oranye yang terlarut dalam lipida (minyak). Bahan tersebut berasal dari hewan maupun tanaman. Misalnya fukoxanthin yang terdapat pada lumut; lutein, violaxanthin, dan neoxanthin pada dedaunan; likopen pada tomat; kapsanthin pada cabe merah; biksin pada annatto; caroten pada wortel; dan astazanthin pada lobster. Anthosianin dan anthoxanthin tergolong pigmen yang disebut flavonoid. Pigmen tersebut pada umumnya larut dalam air. Anthosianin tersusun oleh sebuah aglikon berupa anthosianidin yang teresterifikasi dengan molekul gula, bisa satu atau lebih. Gula yang sering ditemukan adalah glukosa, ramnosa, galaktosa, xilosa dan arabinosa. Anthosianin yang mengandung satu molekul gula disebut monosida, dua gula disebut diosida dan tiga gula disebut triosida. Sedikitnya ada enam jenis anthosianidin yang sering terdapat di alam dan penting manfaatnya untuk makanan, yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin dan malvinidin. Semua anthosianidin merupakan derivatif dari struktur dasar kation flavilium. Pada molekul flavilium terjadi subsitusi dengan molekul OH dan Ome untuk membentuk anthosianidin. Warna pigmen anthosianin merah, biru, dan violet. Pigmen tersebut biasanya terdapat pada bunga- buah-buahan dan sayur-sayuran. Warna pigmen dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen, dan pH. Pada konsentrasi yang encer, anthosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Pada pH rendah, pigmen anthosianin berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet, lalu menjadi biru.

Jenis BTP pewarna yang diperbolehkan oleh Badan POM adalah sebagai berikut :

A. Pewarna Alami                                                     B. Pewarna Sintetik
a. Anato                                                                      a. Biru Berlian
b. Beta-Apo-8’-karotenal                                            b. Coklat HT
c. Etil Beta-Apo-8’-karotenoat                                   c. Eritrosin
d. Kantasantin                                                             d. Hijau FCF
e. Karamel, amonia Sulfit                                           e. Hijau S
f. Karamel                                                                   f. Indigotin
g. Karmin                                                                    g. Karmosin
h. Beta-karoten                                                           h. Kuning FCF
i. Klorofil                                                                    i. Kuning Kuinolin
j. Klorofil tembaga komplex                                       j. Merah Allur
k. Kurkumin                                                                k. Ponceau 4RTartrazin
l. Riboflafin
m. Titanium dioksida

            Beberapa pewarna alami yang diijinkan dalam pangan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah :
  • Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan yogurt beraroma (150 mg/kg)
  • Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah orange yang dapat digunakan untuk mewarnai es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/kg)
  • Kurkumin, yaitu pewarna alami yang berwarna kuning-orange yang dapat digunakan untuk mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg)



9. BTP PENYEDAP RASA DAN AROMA, PENGUAT RASA

a.      Definisi
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Penyedap rasa dan aroma, Penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambahkan atau mempertegas rasa dan aroma. Dalam peraturan menteri Kesehatan No 722/Menkes/RI/Per/IX/88 penggunaan MSG dibatasi secukupnya, artinya tidak boleh berlebih.

b.      Jenis penyedap rasa dan aroma
·         Penyedap rasa dan aroma (flavor) terdiri dari 75 jenis. Ini dapat dilihat di PERMENKES No.722/Menkes/Per/IX/88. Contoh: Alil Isotiosianat, Alil Kaproat, Alil Sikloheksil, dan lain-lain.
·         Penguat Rasa (flavor Enhancer) Contoh: Guanilat (garam kalium dan garam natrium), Lglutamat (serta garam kalsium, garium kalium dan garam natrium), Inosinat (garam
            kalium dan garam natrium), kalium dan natrium Ribonucleotida.

            Penyedap Rasa
            Stimulan seperti kafein, pengawet makanan seperti natrium benzoat, dibatasi penggunaannya. Pemakaian kafein yang berlebihan akan merangsang system saraf pada anak-anak menyebabkan hiperaktif dan memicu kanker pancreas. Sementara itu, didalam peraturan makanan dunia dan Indonesia, Monosodium Glutamate (MSG) tidak ditetapkan batas konsumsi hariannya (Acceptable Daily Intake Not Specified), karena aman untuk dikonsumsi bersama makanan sehari.
            Glutamate adalah asam amino (amino acid) yang secara alami terdapat pada semua bahan makanan yang mengandung protein. Misalnya, keju, susu, daging, ikan dan sayuran. Glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Berdasarkan penyelidikan dengan radioisotope, seorang dewasa dengan berat badan 70 kg, menyimpan sekitar 1,5 kg glutamate didalam berbagai organ tubuh, seperti, otot, hati, jantung, ginjal, kulit dan lain-lain. Selain itu, tubuh orang dewasa ini juga harus memproduksi sekitar 40g Glutamate bebas setiap hari terlepas dari cukup atau tidaknya asupan glutamate didalam makanan hariannya.
            Monosodium Glutamate adalah zat penambah rasa pada makanan yang dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet atau gula tebu. Ketika MSG ditambahkan pada makanan, dia memberikan fungsi yang sama seperti Glutamate yaitu memberikan rasa sedap pada makanan. MSG sendiri terdiri dari air, sodium dan Glutamate. Kandungan sodium pada MSG tidak tinggi, hanya satu sampai tiga persen sodium. Sedangkan sodium pada garam dapur jumlahnya lebih banyak. Perbandingan jumlah sodium pada MSG dan garam dapur adalah (13% : 40%).
            Berdasarkan suatu penelitian dengan menyuntikan MSG dosis tinggi ke mencit, MSG juga diisukan merusak otak. Isu-isu negative ini mendorong banyak penelitian dilakukan terhadap MSG oleh ilmuwan Internasional. Hasil penelitian mereka menyebabkan Komite Ahli Gabungan BTP FAO/WHO menyimpulkan penggunaan MSG adalah aman dan batas konsumsi hariannya tidak perlu ditetapkan. Sementara itu penelitian-penelitian tersebut juga mendorong US FDA untuk mempertahankan status MSG sebagai BTP yang umumnya diakui aman (Generally Recognized as Safe) yang ditetapkan sejak tahun 1958.

Sejarah ditemukannya MSG
            Pada tahun 1908, seorang ilmuwan berkebangsaan Jepang yang bernama Profesor Kikunae Ikeda dari Universitas Tokyo telah berhasil menemukan rasa yang sangat unik pada gugusan glutamate. Rasa ini sangat gurih bila digunakan dalam proses pembuatan berbagai masakan. Dan ternyata rasa gurih itu disebut dengan nama Monosodium Glutamate (MSG).
Dahulu MSG dibuat dari hidrolisa gluten, sejenis protein dalam tepung gandum. Di Indonesia
MSG dibuat dari bahan alami, yaitu tetes tebu (cane molasses) yang merupakan hasil sampingan dari penggilingan gula atau dari tepung singkong yang banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra dan daerah lainnya. MSG dibuat melalui proses fermentasi atau lebih dikenal dengan istilah peragian.
            Karena bahan baku MSG terbuat dari bahan baku yang alami , yaitu dari tetes tebu, sudah barang tentu MSG sangat aman di konsumsi oleh manusia. Amerika mengakui keamanan MSG dan memasukannya dalam daftar GRAS (Generally Recognized as Safe). Asam Glutamat merupakan salah satu dari 20 asam amino yang terdapat pada protein dan MSG merupakan garam sodium atau natrium dari asam glutamate. MSG memberikan rasa gurih dan nikmat pada berbagai macam masakan. Penambahan MSG ini membuat masakan seperti daging, sayur, sup terasa lebih nikmat dan gurih. Banyak produk makanan siap saji, makanan beku maupun makanan kaleng juga mengandung MSG. Selain lada dan garam, botol berlabel penyedap rasa yang mengandung MSG juga dapat dengan mudah ditemukan di rak bumbu dapur dan di atas meja restoran. MSG tidak hanya digunakan di dalam masakan Cina, tetapi juga di dalam masakan Indonesia dan masakan lainnya. Glutamat baik yang terkandung di dalam makanan maupun yang terkandung pada MSG berguna bagi tubuh sebagai sumber energi dan dapat merangsang sekresi lambung untuk proses pencernaan yang baik.Keluarga asam alfa Ketoglutarat terdiri dari asam glutamat, Proline, Lysine dan Arginine.Asam alfa Ketoglutarat melalui aminasi reduktif bisa menjadi asam glutamat atau melalui transaminasi menjadi Lysine. Selanjutnya asam glutamat melalui siklisasi spontan bisa menjadi Proline atau melalui asetilasi menjadi Arginine. Terbentuknya asam alfa Ketoglutarat dan asam glutamat bisa menjadi bolak-balik sesuai kebutuhan badan.
            Kadar MSG yang diperlukan untuk membuat rasa gurih pada masakan biasanya sekitar 0,2% sampai 0,8 %. Karena MSG bersifat self limiting, penggunaan MSG yang berlebihan pada masakan tidak diperlukan, karena kelebihan menggunakan MSG akan mengganggu cita rasa makanan itu sendiri, dengan kata lain, makanan menjadi tidak enak. Sama halnya dengan garam dapur atau gula, orang akan menggunakan gula atau garam dapur menurut seleranya dan akan membatasi penggunaanya apabila terlalu manis atau terlalu asin.

10. BTP PENGERAS

a.      Definisi
                        Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang Bahan Tambahan makanan, BTP pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. BTP pengeras atau firming agent dapat diaplikasikan pada proses pembuatan acar ketimun, sayuran, buah dalam kaleng, daging dan ikan dalam kaleng serta jem dan jeli sehingga diharapkan tekstur makanan tersebut masih tetap terjaga lebih renyah (crispy) dan tidak menjadi lunak selama proses.

b.      Mekanisme Kerja
                        Banyak penelitian tentang bagaimana mempertahankan tekstur buah-buahan dan sayuran berkaitan erat dengan tinggi dan rendahnya kandungan kalsium didalam sel-sel jaringannya. Semakin rendah kandungan kalsiumnya, buah dan sayuran akan lebih cepat lunak dan layu. Penambahan kalsium banyak diaplikasikan pada buah dan sayuran sebelum dan sesudah panen untuk menunda proses pematangan. Disamping itu, proses pengerasan dan ketahanan terhadap proses pelayuan dihasilkan dari kestabilan sistem membran dan pembetukan kalsium pektat (Ca-Pectates) yang akan menambah pengerasan pada dinding sel dan penguatan pada kulit buah dan sayuran. Salah satu bahan pengeras yang diijinkan yaitu kalsium klorida dapat ditambahkan dengan kombinasi proses pemanasan untuk buah dan sayuran dalam kaleng. Pada proses panas, molekul COO- akan terbentuk dari pektin yang terkandung pada buah dan sayuran selanjutnya dengan Ca2+ akan membentuk lapisan garam saling bersilangan. Lapisan garam ini menyebabkan dinding sel buah akan terlindungi dari enzim-enzim yang menyebabkan proses pelayuan dan matang. Bahan-bahan tambahan makanan diijinkan sebagai bahan pengeras diantaranya :

1. Aluminium Amonium Sulfat
2. Aluminium Kalium Sulfat
3. Aluminium Natrium Sulfat
4. Aluminium Sulfat (Anhidrat)
5. Kalsium Glukonat
6. Kalsium Karbonat
7. Kalsium Klorida
8. Kalsium Laktat
9. Kalsium Sitrat
10. Kalsium Sulfat
11. Monokalsium Fosfat
                        Selain dijinkan oleh peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), bahan pengeras diatas juga telah dievaluasi masalah keamanannya oleh CODEX – JECFA FAO/WHO. Kalsium Sulfat dalam US FDA juga dinyatakan sebagai aman atau Generally Recognize as Safe (GRAS).


Tabel Dosis Pemakaian BTP Pengeras
No.
Nama Bahan Pengeras
Penggunaan Dalam Pangan
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan
1.
Kalsium Glukonat
Untuk mengeraskan buah-buahan dan sayuran dalam kaleng
800 mg/kg
Jam dan Jelly
250 mg/kg
2.
Kalsium Klorida
Sama dengan Kalsium Glukonat
3.
Kalsium Sulfat
Apel dan Sayuran kaleng
260 mg/kg


11. BTP SEKUESTRAN

a.      Definisi
                        Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan makanan, BTP sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan.

b.      Mekanisme Kerja
                        Logam terdapat dalam bahan alami dalam bentuk senyawa kompleks misalnya Mg dalam klorofil, Fe sebagai feritin, rufin, porfirin, serta hemoglobin; Co sebagai vitamin B12; Cu, Zn dan Mn dalam berbagai enzim. Ion-ion logam ini dapat terlepas dari ikatan kompleknya karena  proses hidrolisis maupun terdegradasi. Ion logam yang bebas mudah bereaksi dan mengakibatkan perubahan warna, ketengikan, kekeruhan dan perubahan rasa. Sekuestran akan mengikat ion logam sehingga menjaga kestabilan bahan. Sekuestran yang paling sering digunakan dalam bahan makanan adalah asam sitrat dan turunannya, fosfat dan garamnya serta etilendiaminatetraasetat (EDTA). Penambahan sekuestran pada sayuran dapat melepaskan ion kalsium dari pektin dinding sel sehingga menyebabkan sayuran menjadi lunak. Bahan-bahan tambahan makanan diijinkan sebagai bahan sekuestran oleh peraturan menteri kesehatan PERMENKES no. 722/Men.Kes/IX/88 diantaranya :Asam fosfat, asam sitrat, dikalium hidrogen fosfat, dinatrium difosfat, dinatrium edetat (EDTA), dinatrium fosfat, isopropil sitrat, kalium pirofosfat, kalium polifosfat, kalium polifosfat, kalium tripolifosfat, kalsium dinatrium edetat (EDTA), kalsium sitrat, monogliserida sitrat, monokalium fosfat, mononatrium fosfat, natrium pirofosfat, natrium fosfat, natrium sitrat, natrium tripolifosfat, oksistearin, stearil sitrat, trikalsium fosfat, trinatrium fosfat.



Tabel Dosis Pemakaian BTP Sekuestran
No
Nama Bahan Sekuestran
Penggunaan Dalam Pangan
Ukuran Maksimum Yang Diijinkan
1
Asam Fosfat
Produk Kepiting Kalengan
5 gr/kg
Lemak dan Minyak Makan
100 mg/kg
2
Isopropil Sitrat
Lemak dan Minyak Makan, serta Margarine
100 mg/kg
3
Etilen Diamin Tetra (EDTA)
Udang Kaleng
150 mg/kg
Jamur Kaleng
200 mg/kg
4
Monokalium Fosfat
Kentang Goreng Beku
100 mg/kg

            Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri masih ada beberapa BTP yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya :

1. Enzim, yaitu enzim yang berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroba yang dapat menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut dan lain-lain.
2. Penambah gizi, yaitu berupa asam amino, mineral atau vitamin baik tunggal ataupun campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3. Humektan, yaitu bahan tambahan pangan yang menyerap lembab (uap air) sehingga mempertahankan kadar air pangan.

2. Golongan BTP yang dilarang

            Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dan No.1168/Menkes/PER/X/1999 sebagai berikut:

1.      Natrium tetraborat (boraks).
            Asam borat atau Boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak dizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat.
            Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa. Boraks ini sering disalh gunakan untuk dicampurkan dalam pembuatan baso, tahu, ikan asin, mie dll. Boraks bersifat iritan dan racunbagi sel-seltubuh, berbahaya bagi susunan saraf pusat, ginjal dan hati. Jika tertelan dapat menimbulkan kerusakan pada usus, otak atau ginjal. Kalau digunakan berulang-ulang serta kumulatif akan tertimbun dalam otak, hati dan jaringan lemak. Asam boraks ini akan menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala kerusakan seperti rasa mual, muntah, diare, kejang perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, kejang-kejang akibatnya koma, bahkan kematian dapat terjadi karena ada gangguan sistem sirkulasi darah.

2.      Formalin (formaldehid).
            Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat yang terdapat dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin adalah larutan 37 persen formaldehida dalam air, yang biasanya mengandung 10 sampai 15 persen metanol untuk mencegah polimerasi. Formalin dapat dipakai sebagai bahan anti septik, disenfektan, dan bahan pengawet dalam biologi. Zat ini juga merupakan anggota paling sederhana dan kelompok aldehid dengan rumus kimia HCHO.

3.      Minyak nabati yang dibrominasi (brominanted vegetable oils).
                        Minyak nabati yang dibrominasi dapat menstabilkan peneyedap rasa dan aroma dalam             minuman ringan. Efek negatif : Menimbulkan reaksi alergi, Metabolisme  ion Br yang perlahan menimbulkan akumulasi pada sel adiphose tulang dan lemak.

4.       Kloramfenikol (chloramfenicol).
            Penggunaan kloramfenikol sebagai bahan tambahan pangan digunakan sebagai anti mikrobial, terutama ditambahkan pada air susu untuk tujuan mematikan mikroba pengurai pada susu.
            Efek terhadap kesehatan dari kloramfenikol yang diberikan sebanyak 50 mg/kg berat badan pada neonatus, terutama yang prematur dapat mengalami pray sickness. Kelainan ini berdasarkan atas belum sempurnanya kemampuan hati neonatus untuk mengadakan konjugasi kloramfenikol dengan asam glukoramat. Kloramfenikol yang tidak mengalami konjugasi masih bersifat toksik.

5.      Kalium Klorat

            Kalium klorat (KClO3) salah satu fungsinya sebagai pemutih, sehingga sering dimasukkan dalam obat kumur pemutih dan pasata gigi. Sejak tahun 1988, Pemerintah Indonesia sudah melarang penggunaan kalium klorat sebagai bahan tambahan makanan karena senyawa ini dapat merusak tubuh bahkan kematian.Jika terpapar dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan methemoglobinemia (kelainan dalam darah), kerusakan hati dan ginjal, iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bila dimakan bersamaan dengan produk pangan, kalium klorat dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, gejalanya mual, muntah dan diare.


6.      Dietilpirokarbonat.
            Dietilpirokarbonat (DEP) termasuk di dalam bahan kimia karsinogenik mengandung unsur kimia C6H10O5 adalah bahan kimia sintetis yg tdk ditemukan dlm produk-produk alami dan digunakan sebagai pencegah peragian pada minuman yang mengandung alkohol maupun minuman yang tidak beralkohol.DEP sering digunakan untuk susu dan produk susu, bir, jus jeruk dan minuman buah-buahan lain sehingga minuman ini dapat bertahan lama. DEP apabila masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi dalam jangka panjang, dapat memicu timbulnya kanker.



7.      Nitrofuranzon.
            Nitrofuranzon merupakan bahan sintetik yang bersifat bakteri ida pada hewan. Nitrofuranzon digunakan dalam pakan ternak, pada pangan digunakan sebagai senyawa antimikroba. Efek farmakologi nitrofuranzon dari hasil penelitian terhadap tikus dapat mengakibatkan skin lession pada kulit, infeksi pada kandung kemih membunuh flora usus.

8.      Asam salisilat dan garamnya.
                        Asam salisilat sering disebut aspirin. Pada aspirin ini adalah analgetik dan anti-inflamasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa aspirin dapat mengurangi jumlah asam folat dalam darah, meskipun kepastian perubahan belum terbukti.
                        Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid) dapat mencegah terjadinya penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka. Namun, penggunaan asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti yang diatur Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet makanan pada produsen-produsen makanan yang nakal.
                        Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan.Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.
                        Pada sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup sayuran nonorganik mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat ketimbang sup sayuran organik. Kandungan asam salisilat dalam tanaman secara alami berguna untuk tanaman bertahan dari serangan penyakit. Namun bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk ke dalam tubuh, maka gangguan kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan.

9.      Rhodamin B (pewarna merah).
            Merupakan zat pewarna sintetis  berbentuk serbuk kristal, tidak  berbau, berwarna merah keunguan dalam larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi). Nama lain dari Rhodamin B adalah : Tetra ethyl rhodamin, Rheonine B, D & Red No.19, CI Basic Violet 10, CI No.45179. Rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna untuk tekstil, kertas dan  sebagai reagensia untuk pengujian Antimon, Cobalt, Bismuth dan lain – lain,
            Rhodamin B dilarang digunakan dalam obat, makanan dan kosmetika (Permenkes No.239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai  bahan berbahaya), Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan  dan kosmetika misalnya sirup, kerupuk, lipstik dan lain – lain. Pewarna makanan-minuman untuk warna merah disarankan memakai pewarna alam atau pewarna sintetik yang aman sesuai dengan Permenkes RI  No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, contoh : Karmin, Merah Allura.
             Bahaya utama Rhodamin B terhadap kesehatan adalah paparan Rhodamin dalam waktu yang lama (kronis) dapat menyebabkan gangguan fungsi hati / kanker hati sedangkan tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin Badalah jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit, jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata dan jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan. Rhodamin B dapat melukai mata, merusak hati, menyebabkan tumor hati/karsinogenik.

10.  Methanyl yellow (pewarna kuning).
          Methanyl Yellow / Metanil yellow atau kuning metanil merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan. Kuning metanil umumnya digunakan sebagaipewarna tekstil, dan cat. Saat ini banyak kuning metanil disalahgunakan untuk pangan, beberapa telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk, mie,pangan jajanan berwarna kuning dan banyak juga sebagai pewarna pada tahu. Ciri pangan dengan pewarna kuning metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan cenderung berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada kerupuk).
            Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut ”Joint FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin, xantin, indigoid. Methanyl Yellow initermasuk ke dalam zat warna sintetis azo. Zat pewarna kuning Metanil yellow, merupakan zat pewarna industri tekstil yang dilarang untuk produk makanan, yang pada umumnya menggunakan zat anorganik ataupun mineral alam. Zat warna anorganik berasal dari persenyawaan logam berat seperti aluminium, besi, tembaga dan lainnya. Zat warna ini bersifat racun dan berbahaya karena mengandung residu logam berat. Industri tekstil menggunakan logam berat sebagai bahan pengikat warna agar warna warna yang dihasilkan menjadi lebih terang dan indah. Bahkan ada beberapa industry tekstil yang menggunakan logam berat sebagai bahan pewarna. Logam berat yang terkandung di dalam pewarna tekstil dapat dilihat dari jenis limbah yang dihasilkan industry tekstil tersebut, terutama arsenic (Ar), Kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu),zinc/seng (Zn) (Agus widodo, 2006). Bahaya Utama Terhadap Kesehatan Paparan kuning metanil dalam waktu lama (kronis), dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan kandungan kemih. Gejala Akut bila terpapapar Kuning Metanil Jika terkena kulit dalam jumlah banyak akan menimbulkan iritasi pada kulit. Jika terkena mata akan menimbulkan gangguan penglihatan/kabur Jika terhirup akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, dalam jumlah banyak bisa menimbulkan kerusakan jaringan dan peradangan pada ginjal.

11. Dulsin (pemanis sintetis).
                        Dulsin adalah pemanis sintetik yang memiliki ras manis kira-kira 250 kali dari sukrosa atau gula tebu, yang tidak ditemukan pada produk-produk pemanis alami lainnya. Dulsin telah diusulkan untuk digunakan sebagai pemanis tiruan. Dulsin ditarik total dari peredaran pada tahun 1954 setelah dilakukan pengetesan dulsin pada hewan dan menampakkan sifat karsinogenik yang dapat memicu munculnya kanker. Pada tikus menaikan  kerusakan sel adenomas liver, papiloma, rongga ginjal dan kandung kemih, menyebakan pembentukan batu. Pada manusia belum ada data, tetapi tidak layak digunakan sebagai pemanis.
12. Potassium bromat (pengeras).
            Kalium bromat (potasium bromat) digunakan untuk memperbaiki tepung yang dapat mengeraskan kue. Kalium bromat digunakan para pembuat roti maupun perusahaan pembuat roti untuk membantu proses pembuatan roti dalam oven dan menciptakan tekstur bentuk yang lebih bagus pada proses penyelesaianakhir produknya.bila digunakan dalam jumlah kecil, zat ini akan hilang selama pembakaran atau pemanasan. Bila terlau banyak digunakan,sisas kalium bromat akan tetap banyak dalam roti. Kalium bromat merupakan bahan kimia yang dalam dosis berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan gejala muntah-muntah, diare, methemoglobinemia dan reinjury (luka).
            Kalium bromat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai karsinogen, pemicu kanker. The Centre for Science in teh Public Interest (CPSI), sebuah lembaga advokasi nutrisi dan kesehatan terkemuka di Amerika Serikat, mengajukan permohonan kepada food and Drug Administration (FDA) untuk melarang penggunaan kalium bromat. Di negara-negara Eropa, Inggris Kalium bromat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai karsinogen, pemicu kanker. The Centre for Science in teh Public Interest (CPSI), sebuah lembaga advokasi nutrisi dan kesehatan terkemuka di Amerika Serikat, mengajukan permohonan kepada food and Drug Administration (FDA) untuk melarang penggunaan kalium bromat. Di negara-negara Eropa, Inggris, dan Kanada, kalium bromat telah dilarang mulai 1990 an.


            Keputusan Menteri Kesehatan RI No 23/Menkes/SKI/78 tentang Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan. Dalam peraturan ini disebutkan antara lain sebagai berikut :
1.       BTP yang digunakan untuk memproduksi pangan tidak boleh merugikan atau membahayakan kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan
  1. BTP yang standar mutu atau persyaratannya belum ditetapkan oleh Menteri yang digunakan dengan izin khusus Menteri.
  2. Terhadap BTP yang disebut dalam nomor 1 sebelum digunakan harus dilakukan pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia, mikrobiologi dan atau biologi


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam pengertian luas adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.
            Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila, tidak digunakan untuk menyembunyikan atau menutupi penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan serta tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan (BPOM, 2003).   
            Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan. Jenis BTP menurut penggunaannya ada 2, yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya, yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/melindungi kesehatan konsumen.
Jenis-jenis BTP yaitu : Bahan Pengawet, Pewarna, Pemanis, Penyedap, Antikempal, Antioksidan, Pengemulsi, Pengatur Keasaman, Sekuestran dan Pemutih.
Saran
            Perlu tinjauan pustaka mengenai cara penambahan Bahan Tambahan Pangan secara sistematis.

DAFTAR PUSTAKA


Cahyadi, Wisnu. 2009. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara
Kuswara, Sutrisno. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Bogor : Ebook pangan
Saparinto, Cahyo. 2006. Bahan Tambahan Pangan.Yogyakarta : Kanisius













Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. web personal - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya